Sketsanews.com – Dimas, merupakan pengusaha sukses dibidang properti
dan mempunyai perusahaan berskala nasional Sedangkan Prabowo, hanya
seorang petani dan berasal dari keluarga yang biasa saja Mereka berdua
ini sudah menjadi sahabat sejak kecil Walaupun saat ini rumah mereka
berdua berjauhan, komunikasi tetap mereka jalin.
Sekitar Juli 2011 silam, Dimas hendak liburan untuk melepas penat,
karena dihari-hari sebelumnya, setiap hari harus bergelut dengan waktu,
pikiran dan tenaga Tak lupa, liburan kali ini Dimas akan mengajak sohibnya
Prabowo Persahabatan mereka inilah yang menurut banyak orang, sangat
indah Berbeda kasta, ekonomi serta pendidikan, tidak membuat Dimas dan
Prabowo berjauhan.
Dimas berkeinginan liburan disebuah pulau yang indah, dipilihkan
Kepulauan Sangihe di Propinsi Sulawesi Utara Namun liburan yang mereka
berdua lakukan tidak dapat dinikmati, malah berujung dengan penderitaan.
Sebagaimana yang kita tahu bahwa Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah
sebuah kabupaten di Propinsi Sulawesi Utara, Indonesia Kabupaten ini
berasal dari pemekaran Kepulauan Sangihe dan Talaud pada tahun 2000 Ibu
kota kabupaten ini adalah Tahuna Sebuah kabupaten yang memiliki luas
1.012,94 km2 dan berpenduduk sebanyak 129.609 jiwa menurut sensus tahun
2008.
Kabupaten kepulauan Sangihe yang terletak di antara pulau Sulawesi
dengan kepulauan Mindanao Filipina, berada di bibir Samudera Pasifik
Wilayah kabupaten ini meliputi 3 klaster, yaitu klaster Tatoareng,
klaster Sangihe dan klaster Perbatasan, yang mana memiliki batas
perairan internasional dengan propinsi Davao del Sur, Filipina.
Suatu ketika kami -dari media- datang menemui mereka berdua, kemudian
mereka menceritakan tentang awal mula terjadinya peristiwa yang membuat
mereka berdua harus berurusan dengan yang berwajib dan menginap di
hotel prodeo tanpa tarif alias gratis.
Mereka berangkat dari Surabaya naik pesawat dan turun di bandara Sam
Ratulangi Manado, kemudian naik angkot sebentar menuju ke pelabuhan,
terus naik kapal menuju Tahuna Penyeberangan itu mereka tempuh satu
malam, berangkat sore sampai disana subuh Karena masih gelap, mereka
langsung menuju ke Masjid Setelah terang, mereka menuju ke tempat yang
ramai yaitu pasar Ternyata diluar perkiraan, pasar itu sangat sepi
sekali, tidak ada orang, padahal hari Minggu Karena sebelum berangkat,
mereka sempat bertanya kepada tetangga yang juga pernah jualan disana,
dikatakan bahwa hari Minggu di pasar ramai sekali “Berarti tetangganya
itu berbohong,” kata Dimas dengan agak kesal.
Dia terus melanjutkan ceritanya Sebelum jam 8 pagi, mereka berdua
berjalan-jalan di pantai, tidak sampai satu jam, tiba-tiba ada mobil
Avanza, ternyata didalamnya ada petugas Intelkam Polres Prediksinya, itu
laporan dari orang-orang sekitar pasar, karena dianggap asing Kemudian
dibawa ke Kantor Polres untuk lapor, alasannya sih mau dibuatkan surat
jalan.
Disebuah ruangan itu, mereka diinterogasi, dari mana dan sebagainya
Waktu itu hari Minggu, jadi kantor Polres terlihat sepi, yang ada hanya
petugas Intelkam Karena Dimas memiliki dua HP, karena salah satu HP
untuk berhubungan dengan keluarga, dan yang satunya untuk bisnis, pun
sempat diminta.
Dia melanjutkan, bahwa sekitar pukul 13.00 mereka dilepas dan
dicarikan kos-kosan Namun salah satu tetangga kos itu sering
memata-matai, karena indikasinya sering didepan kos dan seperti menguping pembicaraan.
Sebelum peristiwa yang menyedihkan itu, Dimas menceritakan bahwa
disana juga sempat berkeliling kota Di perjalanan itu, kejadian aneh
sering mereka dapatkan Pada saat mau menawar barang antik yang dijual
belikan di tempat wisata misalnya, penjualnya bilang kalau ada orang
yang menanyakan dirinya Hari berikutnya, pas keluar di keramaian, ada
seorang ibu yang seperti nyuting dengan HP, di kios warungnya
juga ada seorang berbadan tegap yang pernah dilihatnya di kantor Polres
sehari sebelumnya Bahkan setiap Dimas keluar dari kos, ada motor yang
sering bolak-balik “Ada apa ini?”, pikir Dimas “Kok seperti di film saja
yah…”.
Di daerah itu adalah sebuah Pulau, yang ada hanya satu Dermaga dan
satu Bandara Jarak Bandaranya sekitar tiga jam perjalanan sepeda motor,
dan itu pun tidak setiap hari Sedangkan Dermaga, pemberangkatannya
setelah maghrib, kecuali VIP yang berangkat pagi.
Tahuna, merupakan pulau yang kecil Pelabuhannya saja hanya ada dua,
salah satunya jaraknya jauh, adanya pun kapal feri muatan barang,
berlayar hanya seminggu dua kali Kalau yang kapal penumpang, berlayarnya
satu kali dalam sehari di waktu sore Sedangkan gunungnya itu
kecil-kecil.
Waktu itu, karena sering adanya keanehan-keanehan disekeliling
mereka, hal itu membuat seperti ada yang mengikuti Mereka pun memutuskan
untuk tidak berlama-lama di pulau itu, “Mungkin sampai disini saja
liburan kita,” celetuk Prabowo.
Lanjut Dimas, setelah sholat maghrib, ternyata diluar tempat kos itu
sudah banyak anggota polisi lengkap dengan persenjataan yang mengepung
“Kami dianggap seperti teroris saja, seperti di TV,” kata Dimas dengan
raut muka jengkel Mereka pun dibawa ke Polres lagi dan di interogasi
seperti awal mula datang ke Tahuna Dari interogasi itu, mereka sampaikan
apa adanya Bahkan, yang membuat Prabowo marah adalah proses
interogasinya yang kelewat batas, dibentak dan sebagainya Namun, tidak
dengan Dimas, interogator dan penyidik itu ramah dan bersahaja.
Setelah sampai di lapas, mereka ditempatkan pada sel yang berbeda,
Dimas menuturkan bahwa dia sempat ditempatkan di selnya Provost dan
disanapun banyak polisi yang ditahan karena melakukan indisipliner,
setelah itu dibawa ke Polsek Setelah dia masuk, disusul banyak polisi
yang dimasukan ke dalam sel tersebut Dia melanjutkan ceritanya, bahwa
kalau tinggal di hotel prodeo itu, senioritas narapidana sangat
terlihat, tidak memandang itu Polisi atau bukan “Jadi, karena saya masuk
duluan, Polisi yang masuk tahanan setelah saya itu menjadi anak buah
saya,” ungkap Dimas.
Dari keterangan Prabowo, kalau dirinya di interogasi empat hari empat
malam “Sebenarnya ada apa ini?” “Salah kami apa?” lontar Prabowo.
Ternyata, dari penyidikan Polisi itu, di tas Dimas ada KTP (Kartu
Tanda Penduduk) dirinya yang berbeda nama dan alamat ID tersebut
merupakan hasil dari pembelajaran desain grafis yang Dimas lakukan
beberapa waktu yang lalu, dan dirinya lupa meletakkannya Hal itulah yang
dijadikan Polisi dalam menahannya Sekecil keteledoran Dimas inilah yang
mengharuskan berurusan dengan hukum.
Pihak kepolisian pun diberi alasan kalau KTP itu hanya dijadikan
latihan belajar desain grafis juga tidak mempercayainya Dari pada lebih
lama dan berbelit-belit, akhirnya Dimas mengaku Dirinya berpikir kalau
mereka tidak dapat kasus, mungkin tetap tidak akan dilepaskan Bahkan
mereka akan mencari alasan lain untuk memenjarakannya.
Lanjut cerita Dimas, bahwa yang ditakutkan adalah jika sampai kasus
ini tersebar ke Jawa, dan alhamdulillah tidak, karena dikhawatorkan akan
berakibat terhadap usahanya Dari proses penyidikan itu, Dimas
berkomentar sungguh-sungguh dzolim aparat itu “Saya itu, tidak boleh sholat hingga hari ketiga,” ungkap Dimas.
Penyidik dalam menginterogasi Dimas hanya bertanya berkaitan dengan
KTP dan maksud serta tujuan kedatangan ke pulau itu Bagaimanapun
pertanyaan itu Dimas jawab dengan sebenarnya, apalagi pasti mereka juga
sudah tahu dari Prabowo.
Yang menjadikan Dimas agak bingung yaitu dirinya juga ditanya tentang
orang yang jadi pengusaha di kota itu yang sesuai dengan usahanya yang
menjadi koruptor kelas kakap, tapi masih buron Mereka beralasan, mungkin
Dimas tahu dan masih ada hubungannya dengan para buronan tersebut “Apa
hubungannya? Kenal saja tidak..”, geram Dimas.
Dari liburan yang seharusnya bahagia dan bersenang-senang, Dimas dan
Pranowo akhirnya ditahan selama delapan bulan dan dipotong dengan masa
tahanan Dimas yang hanya pengusaha sukses namun tidak mengerti masalah
hukum itu hanya bisa merenung, ternyata hukum di negara ini kolot dan hanya mencari uang bagi sekelompok preman berseragam coklat.
Disela-sela pembicaraan kami, Dimas sempat menuturkan kalau di
Lembaga Pemasyarakatan (LP) itu ada sipir yang menjadi muallaf yang
berhati baik Bahkan Dimas sering diajak untuk curhat, Bu Lien nama sipir
itu Keluarga Dimas itu sering dihubungi olehnya, termasuk orang tuanya
Bahkan sempat bercerita tentang usahanya itu, seandainya bisa membuka
cabang di pulau itu Menjelang bebas, Dimas diberi uang tambahan dari
keluarganya dengan menitipkannya melalui rekening Bu Lien, dengan
ditransfer untuk perjalanan pulang Anehnya -lanjut Dimas-, sehari
setelah meminjamkan rekeningnya, Bu Lien langsung dipanggil pihak Polres
berkenaan dengan transfer tersebut.
Bebas, satu kata yang diimpi-impikan Dimas dan Prabowo akhirnya
datang juga Kepulangan mereka ke Jawa dibiayai oleh Polres, Dimas diberi
satu juta untuk naik pesawat Sebelumnya, harus menyeberang dahulu
dengan kapal, mereka seperti diantar, bahasa ngetrennya dikawal gratis oleh personil berseragam maupun intelijen Polres “Saya pikir, apa karena saya pengusaha kali ya..”, kata Dimas.
Ketika pulang itu, Dimas sempat minta jaminan ke Kapolres, bahwa
keamanan mereka akan dijamin olehnya diperjalanan hingga di rumah “Apa
mungkin karena jaminan Kapolres itu yang mengharuskan pengamanan kami?”
lanjut Dimas Kapolres bisa menjamin dan juga memberikan nomor
teleponnya, setelah sampai di Jawa, Dimas juga diminta meneleponnya
Kebetulan Kapolresnya itu mantan Kapolsek di salah satu kota di Jawa
Tengah beberapa tahun yang lalu.
Meskipun mereka sudah keluar namun pernah juga anggota kepolisian berpakaian preman yang meninjau usaha dan keluarganya.
Di akhir-akhir pertemuan itu, Dimas juga berpesan, telitilah
informasi apapun yang diperoleh dari siapapun, walaupun dari tetangga
Kalau perlu searching dahulu tempat tujuan berlibur.
Yang pasti, jangan pernah bercanda ketika mengalami kejadian-kejadian
aneh di suatu tempat Karena, Dimas waktu itu, menceritakan tentang
candaannya dengan Prabowo, saat dirinya ditanya, “Apakah kamu betah
tinggal disini selama setahun?”, ungkap Dimas seperti menirukan Prabowo
saat bertanya kepada dirinya waktu itu Dia pun menjawab, “Mau dong.
Disini itu indah sekali, apalagi kalau bisa sekalian buka cabang usaha
disini” Dari candaan itu, tidak lebih dari satu jam, terjadilah kejadian
itu Dimas pun sempat teringat perkataan keorang ustadz di TV, perkataan
seorang muslim itu ibarat doa.
Jadi, Dimas mengambil pelajaran dari kejadian itu, ditempat yang
tidak kita kenal, jangan sampai bercanda Semua ini, dianggap karena
kesalahannya, bisa jadi karena dosa-dosa yang selama ini dilakukannya.
Pengalaman yang lain pada saat di liburan juga, Dimas waktu itu menyepelekan dengan mengatakan masak
ditempat seperti ini ada ular besar Ternyata tidak lama setelah itu,
pengusaha itu diperlihatkan ular yang besar sekali, panjangnya 6,7 meter
didekatnya, teman yang lain tidak tahu Setelah itu Dimas lari sambil
teriak-teriak dan teman yang lain datang ramai-ramai membunuh ular
tersebut Jadi, Dimas berpositif thinking saja, mungkin Tuhan masih
sayang dan masih harus banyak interopeksi.
Hari ini mereka telah menghirup udara bebas dengan melakukan
aktivitas sebagaimana layaknya manusia dengan mengembangkan usaha yang
mereka geluti Dimas hidup bersama istri dan anaknya dengan membuka usaha
yang selama ini ditekuninya Sedangkan Prabowo menjadi petani di sebuah
desa terpencil di Kota Gudek.
Penulis : Wirakusuma