Sketsanews.com – Anak-anak lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan orang dewasa hidup dalam kemiskinan parah, kata Grup Bank Dunia dan Dana Anak PBB (UNICEF) dalam siaran pers baru-baru ini.

Laporan gabungan tersebut, yang diberi judul “Ending Extreme Poverty: A Focus of Children”, mendapati pada pada 2013, 195 persen anak di negara berkembang berada di rumah tangga yang hidup dengan rata-rata 1,90 dolar AS per hari atau kurang per satu orang, dibandingkan dengan cuma 9,2 persen orang dewasa.
Secara global, hampir 385 juta anak hidup dalam kemiskinan parah, kata laporan yang dikeluarkan bersama oleh Bank Dunia dan UNICEF itu.
Anak-anak secara tidak seimbang terpengaruh; mereka merupakan sepertiga dari warga yang dipelajari, tapi separuh dari mereka hidup dalam kemiskinan parah, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam. Anak paling muda adalah yang paling beresiko –dan lebih seperlima anak yang berusia di bawah lima tahun di negara berkembang hidup di rumah tangga yang sangat miskin.
“Anak-anak bukan hanya hidup dalam kemiskinan parah; dampak dari kemiskinan adalah yang paling merusak buat anak-anak,” kata Direktur Pelaksana UNICEF Anthony Lake. “Mereka adalah yang paling parah di antara yang paling parah –dan anak yang paling muda adalah yang paling parah di antara semua, sebab pelucutan yang mereka derita mempengaruhi perkembangan tubuh mereka dan fikiran mereka.” “Ini mengejutkan sebab separuh dari semua anak di Sub-Sahara Afrika dan satu dari lima anak di negara berkembang tumbuh dalam kemiskinan parah,” kata Lake. “Ini bukan hanya membatasi masa depan mereka, tapi juga menyeret masyarakat mereka.” Analisis gabungan baru tersebut dikeluarkan saat peluncuran studi baru Grup Bank Dunia, yang diberi judul “Poverty and Shared Prosperity 2016: Taking on Inequality” –yang mendapati sebanyak 767 juta orang secara global hidup dengan kurang dari 1,90 dolar AS per hari pada 2013, separuh dari mereka berusia di bawah 18 tahun.
“Jumlah anak dalam kemiskinan parah merujuk kepada keperluan nyata untuk menanam modal secara khusus dalam layanan tahun dini perkembangan seperti perawatan sebelum kelahiran buat perempuan hamil, program perkembangan masa kanak-kanak, sekolah berkualitas, air bersih, kebersihan yang baik, dan perawatan kesehatan universal,” kata Ana Revenga, Direktur Senio Kemiskinan adan Keadilan di Grup Bank Dunia.
“Meningkatkan layanan ini, dan menjamin bahwa anak-anak hari ini memiliki akses ke peluang pekerjaan berkualitas ketika waktunya tiba adalah satu-satunya cara untuk menembus lingkaran kemiskinan antar-generasi yang tersebar sangat luas,” kata Revenga.
Perkiraan global mengenai anak-anak dalam kemiskinan parah dilandasi atas data dari 89 negara, yang merupakan 83 persen penduduk di dunia berkembang, kata laporan itu.
Sub-Sahara Afrika memiliki angka tertinggi anak-anak yang hidup dalam kemiskinan parah cuma kurang dari 50 persen, dan bagian terbesar anak sangat miskin di dunia, sedikit di atas 50 persen, katanya. (fya/elshinta.com)