Sketsanews.com – Nobel Kimia tahun 2016 diberikan kepada tiga ilmuwan yang meletakkan fondasi untuk menciptakan mesin terkecil di dunia, mesin yang ribuan kali lebih tipis dari rambut manusia.
Mesin terkecil itu kini memungkinkan Jerman membuat senyawa anti-kankercombretastatin A-4 yang dijanjikan menyembuhkan kanker tanpa merusak sel sehat.
https://twitter.com/NobelPrize/status/783604573617414144
https://twitter.com/CNRS/status/783667872639905792/photo/1?ref_src=twsrc%5Etfw
https://twitter.com/SheffieldStar/status/783709096906219521/photo/1?ref_src=twsrc%5Etfw
https://twitter.com/NobelPrize/status/783646843813101568/photo/1?ref_src=twsrc%5Etfw
Adalah Jean-Pierre Sauvage, Sir Fraser Stoddart, dan Bernard Feringa yang berperan memicu pembuatan mesin tingkat molekuler itu.
Mesin berskala nano sebenarnya sudah diimpikan sejak tahun 1950-an. Richard Feyman, fisikawan peraih Nobel, mengungkapkan bahwa mesin semacam itu akan membawa masa depan cerah.
https://twitter.com/andrewdw21/status/425622824947294209Mesin itu menjadi nyata lewat tahapan penelitian yang rumit, memakan waktu setidaknya 30 tahun hingga benar-benar bisa diaplikasikan.
Sauvage memulainya dengan inovasi berharga pada tahun 1983, membuat dua cincin molekuler yang bisa dimanipulasi dengan mudah. Ia memodifikasi cincin itu sedemikian rupa sehingga bisa mengelilingi satu sama lain.
Kemudian, tahun 1991, Stoddart menciptakan roda molekuler. Roda itu bisa berputar dengan poros tertentu, didayai oleh tumbukan molekul di sekitarnya. Bagusnya lagi, roda itu bisa menyimpan informasi.
Feringa kemudian berhasil membuat motor molekuler pada tahun 1999. Inovasinya menyempurnakan usaha dua ilmuwan sebelumnya, mewujudkan mesin molekuler.
Dari inovasi itu, bisa tercipta semacam mobil nano yang bisa bergerak di lintasan mikroskopik membawa muatan tertentu.
Sara Snogerup Linse, anggota komite Nobel, mengatakan, penciptaan mesin terkecil di dunia ini penuh tantangan. Ilmuwan harus bisa menciptakan molekul yang ikatannya mudah dimanipulasi.
“Tantangan lain adalah molekul yang cenderung ingin mencapai kesetimbangan. Jadi, sangat sulit menciptakan gerakan molekul pada arah tertentu,” katanya seperti dikutip Washington Post, Rabu (5/10/2016), melansir dari Kompas.
Penemuan motor molekuler ini sama revolusionernya dengan penemuan motor elektrik pada 1830 yang kemudian memicu beragam inovasi, seperti kereta, pesawat, hingga mesin cuci.
Feringa yang menjadi profesor kimia organik di University of Groningen mengatakan bahwa dirinya merasa terkejut saat menerima Nobel.
“Saya merasa seperti Wright Brother yang terbang untuk kali pertama 100 tahun lalu. Orang berkata, mengapa kita butuh pesawat? Sekarang kita berada dalam Boeing 747 dan Airbus,” katanya.
Feringa mengungkapkan, mesin terkecil di dunia ini membuka banyak kemungkinan penerapan. Pada saat yang sama, harus dipastikan bahwa inovasi ini diperlakukan dengan baik, bertujuan untuk kemanusiaan.
(in)