Sketsanewscom – Hati seseorang bisa berbalik kapan saja. Mungkin hari ini ia membenci sesuatu, bisa jadi besoknya ia memcintai sesuatu yang ia benci.
Adalah Brigadir Syahputra,anggota Polres Batanghari Jambi,diduga ikut bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Brigadir Syahputra pergi ke Suriah untuk bergabung dengan tentara ISIS pada Maret 2015 lalu. Di sana, dia mengganti namanya menjadi Abu Azzayn Al Indunisiy. Dia sempat menyatakan akan menghabiskan sisa hidupnya di medan jihad.
Brigadir Syahputra disebutkan sudah tewas di Suriah saat bertempur dengan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat. Dia tewas di wilayah Tal Tamr, wilayah al Barakah.Tentu saja hal itu, membuat Kepolisian RI kaget.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, Syahputra meninggalkan tugasnya sebagai anggota Polri sejak Maret 2015. Dia pamit kepada istrinya untuk menemui orang tua di daerah Binjai, Medan. Tidak hanya itu, Syahputra juga telah menceraikan isteri, serta menulis surat wasiat yang meminta agar seluruh harta diserahkan kepada anaknya.
Pihak kepolisian pun telah mencari Syahputra dengan meminta keterangan dari orang tuanya di Binjai. Orang tua Syahputra mengatakan, anaknya pergi ke Malaysia. "(Sebelumnya) kami beranggapan, kemungkinan di Malaysia," ujarnya di Mabes Polri, Jumat (3/7)seperti yang dilansir www.jawapos.com
Orang nomor satu di tubuh Polri itu membantah kabar yang menyebut Syahputra merupakan pelatih senjata di kepolisian. "Nggak benar itu, dia dari bagian humas Polres Batanghari," ucapnya.
Informasi dari atasan Syahputra, lanjut Badrodin, dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota Polri, Syahputra bergaul seperti anggota lainnya. Tidak ada yang mencurigakan, begitu juga dikantor tidak ada masalah. Dia dikenal suka menghadiri pengajian. "Tapi, dalam hatinya kita kan tidak tahu," katanya.
Dia juga menghimbau kepada para komandan polisi lebih ketat dalam mengawasi anggotanya. Badrodin pun mengaku tidak merasa kecolongan ada anggotanya bergabung dengan kelompok radikal itu. "Karena yang diserang ini pikiran orang. Kita tidak bisa membaca pikiran orang lain. Soal agama itu urusan pribadi, kalau yang diserang pikirannya bagaimana?" imbuh mantan Kapolda Jawa Timur itu.