Sabtu, 20 Juni 2015

Serba Serbi Bareskrim Polri Di Mata Seorang Jurnalis

wartawan-ilustrasi-sketsanewsSebab latar belakang saya sebagai jurnalis bukan peliputan di bidang ekonomi. Hampir 25 tahun menjadi jurnalis, saya lebih banyak berkecimpung di bidang politik, hukum dan keamanan.Tak pernah samasekali meliput, menulis dan melakukan wawancara apapun di bidang ekonomi.

Duduk di tangga Bareskrim untuk menunggu berita, sudah saya lakukan sejak bertahun-tahun silam. Tapi jangan tanyakan, apakah saya tahu detail soal nama-nama jabatan dari struktur organisasi Bareskrim.

Yang saya tahu cuma Kabareskrim dan Wakabreskrim. Nama singkatan dari kelima Direktorat yang ada di Bareskrim pun, saya kurang begitu hapal secara luar kepala. Maka saya terkagum-kagum melihat lengkapnya daftar telepon dari seorang wartawan yang meliput di Mabes Polri.

Kalau sedang sama-sama menunggu, saya pinjam teleponnya untuk membaca nomor-nomor telepon yang ada di memori handphonenya.
Wartawan ini, bisa dibilang junior saya di dunia PERS. Tapi saya salut tentang bagaimana lengkapnya data yang ia punya tentang jajaran kepolisian.

Semua pangkat dari yang terendah sampai tertinggi di jajaran Polri. Semua jabatan dari Sabang sampai Merauke, terutama di jajaran kepolisian. Semua tingkatan jabatan di lingkungan Bareskrim Polri. Lengkap ada di memori teleponnya.

Junior saya ini juga yang sering memberitahu saya, kalau kami sedang sama-sama duduk di tangga Bareskrim, atau di Balai Wartawan Bareskrim. Misalnya ada sebuah mobil yang tiba di lobi Gedung Bareskrim. "Itu penyidik Tipikor, Mbak"Atau kalau ada penyidik yang baru pulang sholat, junior saya ini memberitahu, "Itu penyidik dari Eksus, Mbak". Atau pernah juga, penyidik Bareskrim baru tiba dengan membawa koper-koper dan kotak besar.
Junior saya ini memberitahu, "Mereka baru pulang tuh Mbak, biasanya didalamnya barang-barang bukti".

Meliput di Bareskrim, memang punya tantangan dan dinamika sendiri. Belum tentu semua orang yang diundang untuk datang memberikan keterangan di Bareskrim, akan bisa dicegat atau diketahui kedatangannya oleh para wartawan.

Mantan Direktur Pertamina, Karen Agustiawan, misalnya.
Karen memenuhi panggilan pemeriksaan penyidik Direktorat III Tindak Pidana Korupsi (Dit Tipikor) Bareskrim Polri di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (9/6/2015). Tapi tak ada satupun wartawan yang tahu kapan Karen datang, darimana ia masuk ke Bareskrim, dan jam berapa ia meninggalkan Gedung Bareskrim.

Pemeriksaan terhadap Karen dilakukan Bareskrim, sehari setelah Direktur Pelaksana Bank Dunia, Sri Mulyani, di periksa di Kantor Kemenkeu. Sehingga waktu itu, saya melontarkan guyonan kepada junior saya, Andri, wartawan dari DETIK.COM.

Saya katakan begini, "Jadi Dri, inilah dua wanita yang diistimewakan Budi Waseso dan Bareskrim. Yang satu diperiksa bukan di Gedung Bareskrim. Yang satu lagi diperiksa di Bareskrim tapi gak ketahuan dari mana masuknya". Andri, junior saya tertawa mendengar guyonan saya.

Lalu, kalau ada yang mengatakan bahwa Bareskrim sangat tak terbuka pada informasi. Hal tersebut tidak benar. Saya ambil satu contoh kalau wartawan sedang berkumpul di Balai Wartawan Bareskrim.

Tiba-tiba dari balik jendela, terlihat bayangan Brigjen Victor Simanjuntak, Direktur Eksus Bareskrim, maka para wartawan akan langsung bangkit berdiri untuk mengejar dan mewawancarai Victor.
Dan Victor, akan selalu bersedia menjawab pertanyaan wartawan.
Direktur-Direktur yang lain juga ramah kepada wartawan.

Walau kadang, satu dua kali, informasi yang mereka sampaikan tak serta disampaikan secara "terang benderang" tentang kasus-kasus tertentu. Atau saat Bareskrim melakukan penggerebekan terhadap lensa kontak ilegal. Kasubdit I Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri, AKBP Sandi Nugroho, juga bersedia memberikan keterangan kepada wartawan dan menjawab hal-hal yang ingin diketahui kalangan pers terkait penggerebekan itu.

Gencarnya wartawan untuk mengkorek-korek informasi dari kalangan reserse kepolisian, pernah dialami oleh Mantan Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri. Tapi pengalaman yang dialami BHD, bukan saat ia menjabat sebagai Kabareskrim, melainkan waktu masih bertugas di Polda Metro Jaya.

"Waktu itu, saya lagi serius kerja. Ada kasus penting. Tiba-tiba dinding ruangan kerja saya diketok-ketok dari arah luar. Itu kerjaannya teman-teman wartawan. Sudah jam 3 sore waktu itu. Saya ngerti, pasti teman-teman wartawan perlu berita. Saya teriakin aja dari dalam … tunggu depan aja" kata BHD sambil tersenyum mengenang "kenakalan" wartawan melakukan semua trik agar polisi mau bicara.

Meliput di Bareskrim, punya segudang cerita yang menyegarkan suasana peliputan sehari-hari untuk wartawan. Satu hari, seorang wartawan bercerita disaat kami sedang berkumpul di Balai Wartawan Bareskrim. "Gue heran. Kenapa Balai Wartawan ini sering kedatangan orang stress. Tuh di kursi depan, ada satu orang, tiap ketemu wartawan, omongannya sama. Kayaknya kita pernah ketemu dimana ya ….. kayaknya pernah ketemu. Semua wartawan yang dia ketemu, pasti disapa begitu. Stress tuh orang" kata seorang wartawan.

Kami tertawa mendengar cerita itu. Wartawan lain menyambung dengan cerita lain. "Itu masih mending, waktu itu ada tamu yang tiba-tiba duduk di situ. Masak dia bilang … saya dulu pernah gila". Kami, para wartawan, makin tertawa mendengar kisah-kisah lucu yang menjadi serba serbi meliput di Bareskrim.

Duduk di tangga Bareskrim adalah sesuatu yang sudah sangat biasa dan jadi kebiasaan para wartawan. Pernah satu hari, saya sedang duduk di tangga Bareskrim, dengan sejumlah wartawan. Didepan kami, yaitu di lobi Bareskrim, sebuah mobil sedang terus di lap dan dibersihkan sampai licin selicin-licinnya.

Lalu saya nyeletuk, "Itu mobil siapa ya? Sudah licin dan mengkilat begitu, masih aja di gosok-gosok". Seorang wartawan menjawab, "Itu mobilnya Wakabreskrim, Mbak. Kalau Buwas (Kabareskrim maksudnya), gak pernah mau markir mobil di depan. Mobilnya Kabareskrim pasti parkir di belakang. Dan Buwas itu, dikasih mobil dinas, tapi kemana-mana seringnya pakai Innova" kata seorang wartawan kepada saya.

Begitulah sekelumit cerita tentang serba serbi meliput di Bareskrim Polri. Mendapat panggilan atau ditetapkan sebagai tersangka oleh Bareskrim, pastilah akan meresahkan siapapun.
Apalagi yang merasa sebagai public figure.

Sebab begitu muncul di depan Bareskrim, puluhan wartawan (berikut kamera-kamera televisi), sudah langsung siap mencegat dan meminta wawancara. Dari semua itu, yang saya salut, para penyidik Bareskrim, rajin sholat.

Oleh karena saya sering duduk di tangga Bareskrim atau di Balai Wartawan Bareskrim selama berjam-jam dari pagi sampai sore, maka saya melihat langsung hilir mudik para penyidik Bareskrim yang mau menunaikan sholat ke Masjid yang ada di dalam Mabes Polri.
Tak cuma sholat jumat, hari-hari biasapun, pada jam-jam kerja. jika memang sudah saatnya sholat, mereka selalu menyempatkan waktu untuk sholat.

Walau saya tak seramah wartawan lain yang sering menyapa penyidik-penyidik yang lalu lalang untuk sholat, tapi saya memperhatikan apa yang terjadi di sekitar saya.
Dan di WHAT's APP handphone saya, lumayan banyak nomer-nomer dari kalangan BARESKRIM POLRI, mulai dari level Direktur sampai ke jajaran di bawahnya.

Termasuk sahabat lama saya, Bang Carlo Tewu yang sekarang bertugas di Bareskrim Polri, termasuk yang sangat sering berkomunikasi dengan saya lewat WHAT'S APP.

Buat saya, mereka semua sangat baik, sopan, ramah dan bersahabat.
Demikianlah kisah tentang pengalaman meliput di Bareskrim Polri sebagai intermezzo di akhir pekan ini. Serba serbi Bareskrim Polri di mata seorang jurnalis dari sudut pandang yang berbeda.
Selamat akhir pekan !

Sumber : www.katakamidotcom.wordpress.com