“ Setiap kali saya berada di Blitar, kota kelahiran proklamator kita,
bapak bangsa kita, penggali Pancasila, Bung Karno, hati saya selalu
bergetar…”. itulah petikan pidato presiden Jokowi dalam rangka
memperingati hari lahir Pancasila. Padahal dari berbagai literature
sejarah, presiden Sukarno lahir di Surabaya. Sontak saja, pidato itu
mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Cemoohan, cacian, hinaan, datang
terlontar kepada sang presiden, baik melalui social media maupun media
elektronik.
Memang terjadi kesimpang siuran, dalam penulisan sejarah kota
kelahiran Bung Karno. Sebagian menyatakan lahir di Surabaya, adapula
yang menyatakan Bung Karno lahir di Blitar.
Namun ada pula yang membela presiden dengan menyalahkan Orde baru telah menyelencengkan sejarah Bung Karno.
Walaupun pembuat naskah pidato presiden Sukardi Rinakit telah meminta
maaf dan bertanggung jawab, namun, Sejarawan dan anggota DPR meminta
presiden Jokowi meminta maaf secara terbuka, terkait kesalahan dalam
draf pidatonya. Bahkan ada yang menyatakan kesalahan pidato presiden tak
bisa dimaafkan .
Permasalahan ini memang memalukan, bagi bangsa ini. Kenapa tempat
kelahiran seorang presiden saja terjadi pro kontra. Bagaimana mungkin
seorang presiden tidak tahu sejarah tempat kelahiran presiden
pendahulunya. Masalah ini juga hal yang ironis dan memalukan bagi
presiden, yang datang dari partai yang mengagungkan agungkan Bung Karno,
tetapi tidak memahami secara utuh biografinya.
Memang, melencengkan dan memanipulasi sejarah merupakan suatu
kejahatan. Dengan sejarah yang dimanipulasi, generasi penerus bangsa
akan kebingungan menemukan jadi diri bangsa. Keteladanan para pahlawan
menjadi kabur, akibat ulah para penguasa yang ingin melanggengkan
kekuasaan dan kepentingan politik serta pencitraan pemerintahannya,
dengan mengaburkan sejarah. Kejahatan ini tak bisa dimaafkan, karena
merusak cita cita luhur bangsa.
Ini merupakan pelajaran bagi pemerintah untuk meluruskan semua
sejarah bangsa tercinta ini. Pemerintah harus secara arif dan jujur
meluruskan sejarah bangsa untuk kebaikan generasi bangsa kelak. Agar
mereka bisa meneladani pahlawan yang mempunyai jiwa luhur.