Sketsanews.com – Tanggal 10 Januari 2003 mungkin hari yang paling
berkesan buat Ari, karena saat itulah ada kejadian yang membuat hidupnya
jadi lebih berwarna, disaat itu pula dirinya harus berurusan dengan
pihak berwajib.
Semua berawal dari pertemuannya dengan teman lama yang bernama Arman
dan saudaranya (bernama Arkan), lima hari sebelum Ari dibawa pihak
berwajib. Waktu itu Arkan meminta tolong kepada Arman untuk mengantarnya
ke pulau seberang, dia hendak mengadu nasib disana.
Sebenarnya Arman
sangat ingin mengantar saudaranya ini, tapi ia belum pernah pergi jauh
dari rumah, apalagi menyeberang ke pulau lain. Akhirnya Arman
mengutarakan maksud saudaranya tersebut kepada Ari. “Ar… maukah engkau
menolong saudaraku ini? Engkau kan bekerja di perusahaan Ekspedisi,
tentu sudah sering bepergian ke berbagai pelosok daerah di tanah air
ini”, tanya Arman kepad Ari. “Iya, enggak masalah, kebetulan dalam waktu
dekat ini aku ada jadwal pengiriman ke Pulau Sentanu, saudaramu bisa
ikut”, jawab Ari. Suatu sore, mereka berangkat dengan mobil Ekspedisi.
Sepulang bekerja mengantar barang ekspedisi ke Pulau Sentanu itu, Ari
melihat ada ketidakberesan. Pertama, ia kesulitan menemukan Arman,
ditelepon tidak bisa. Mencoba menelepon ke HP istrinya pun, ada yang
mengangkat tapi tidak suaranya.
Kedua, saat mengirimkan barang ekspedisi ke luar kota, disana ia
melihat foto Arkan (saudara Arman) ditempel di papan pengumuman di
pinggir jalan. Saat gambar tersebut didekati, barulah Ari tahu ternyata
Arkan sedang dicari oleh pihak berwajib. Pantas saja Arman sulit dicari,
mungkin ia dikaitkan dengan Arkan . “Semoga saja saya tidak
dilibatkan”, gumamnya.
Tanggal 10 Januari 2003 pukul 07.00 pagi, Ari bersiap berangkat
kerja. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya, tampak di depan pintu
beberapa orang bertubuh gempal. “Jangan-jangan mereka mau membawaku”,
pikir Ari. Benar saja, Ari diminta ikut mereka, mau mengambil baju ganti
juga tidak diizinkan. “Nggak usah bawa pakaian ganti pak, ikut kami
cuma sebentar kok, nanti juga pulang”, kata pria berbadan tegap itu,
seperti ditirukan Ari. Sopir ekspedisi itu pun menurut saja, karena
mereka kelihatan sangat sopan.
Ari dibawa ke Polres setempat, dan pertanyaannya menyangkut Arkan,
diantaranya. Kok bisa kenal Arkan? Kok mau menyeberangkan Arkan ke pulau
lain?. Dengan jujur Ari menjawab, “Saya kenal Arkan baru saja, itupun
dikenalkan sama temenku Arman. Katanya mau titip saudaranya yang akan
mengadu nasib sebagai pedagang di Pulau Sentanu. Karena rasa
persahabatan, aku pun menyanggupi permintaan Arman, kebetulan dalam
waktu dekat itu ada jadwal pengiriman ke Pulau Sentanu”.
Ari mengenal salah satu petugas yang memeriksa, namanya Toyo. Dia
orangnya berbeda dengan yang lain, rasa belas kasihannya begitu tinggi.
Dia menyarankan untuk menjawab pertanyaan dengan jujur apa adanya, dan
jangan membawa nama orang lain karena akan memperberat masalahnya, Ari
pun menuruti sarannya. Setiap ditanya, jawabannya ia fokuskan pada
dirinya, terhadap masalahnya sendiri. Pemeriksaan itu Ari juga disodori
foto dan ditanya apakah mengenalnya? Dijawab tidak mengenal.
Di ruang pemeriksaan itu, Ari melihat beberapa orang yang
berpenampilan seperti anak kuliahan (wajahnya ganteng, penampilannya
cool dan sebagainya). Rupanya mereka adalah aparat intel yang sengaja
bergaya seperti itu agar tidak mudah dikenali oleh orang yang dicurigai
sebagai penjahat. Ada satu wajah yang tak asing bagi Ari, beberapa hari
yang lalu ia terlihat sering mondar-mandir di depan rumah, belakangan ia
tahu, kalo namanya adalah Sanusi.
Ari pun ponis 6 tahun penjara dengan alasan telah membantu seorang
buron untuk kabur. Arkan ternyata seorang buron perampokan disertai
pembunuhan. Sebenarnya Ari tidak terima dengan vonis tersebut. Ia hanya
meratapi nasib ini, kejam sekali negara ini niatan baik menolong saudara
teman, malah dinilai sebagai suatu kejahatan. Ari pun mendekam dibalik
jeruji besi selama 6 tahun. “Bukannya mengayomi, oknum petugas tersebut
malah menyalahgunakan wewenangnya atas masalahku”, gumamnya lirih.
Mulai saat itu ia menjalani hari-hari di bui. Ditabahkan hatinya
karena istri yang selalu menyemangati, saudara yang menjenguk juga
senantiasa mendo’akan. Disisi lain, pihak perusahaan dan teman-temannya
selalu memperhatikan dirinya dan keluarganya mereka selalu berusaha
membantu, meringankan beban hidupnya.
Belum genap enam tahun, Ari mendapat potongan masa tahanan, sehingga
hanya menjalani masa tahanan selama 4 tahun saja, dan tahun 2007 ia
dinyatakan bebas.
Akhir dari mendekam di hotel prodeo ini, dia jadikan pengalaman
melangkahkan kakinya dimanapun berada. Saat ini Ari sudah kembali kepada
aktifitas semula, ditambah dengan semangatnya yang kian menggebu dalam
menuntut ilmu agama. Ari berkeinginan menjadi orang yang lebih
bermanfaat dan berguna bagi siapapun. Tak ketinggalan, Ari sempat
menitipkan pesan, dimanapun kita harus berhati-hati, baik disaat sendiri
atau bersama rekan sekerja.
Penulis : Alfa Arsyadi
tautan : http://sketsanews.com/murah-hati-sopir-ekspedisi/