Istanbul - Krisis kemanusiaan yang terjadi di Suriah akibat penindasan rezim Presiden Bashar al-Asaad terhadap rakyatnya yang menginginkan revolusi, berlarut-larut. Menyebabkan 300 ribu lebih warga sipil terbunuh, dan sekitar 4 juta lain mengungsi ke negara terdekat.
Ketua Ikatan Ulama Suriah dan Ketua Majelis Islam Suriah (Indonesia: MUI -red) Osama Abdulkarim Alrifaei mengatakan, perlawanan rakyat Suriah terutama kelompok bersenjata, sudah maksimal. Namun rezim masih kuat karena mendapat dukungan dari negara sekutunya, Iran.
"Kita tahu revolusi sudah memasuki tahun yang kelima, kalau bukan karena dukungan dan back-up Iran secara logistik dan militer, sebetulnya rezim Bashar sejak lama bisa dikalahkan," kata ulama Suriah, Osama Abdulkarim Alrifaei saat berbincang bersama Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS), yang dihadiri detikcom di Istanbul, Turki, Minggu (31/5/2015).
Osama mengatakan, sejak awal, gerakan perlawanan dari rakyat yang menginginkan rezim Bashar tumbang berlangsung spontan karena melihat penindasan semena-mena rezim kepada rakyat. Momentum itu terjadi mulai Maret 2011 lalu yang diwarnai aksi turun ke jalan secara bergelombang, ribuan warga Suriah.
"Kami tidak pernah angkat senjata, hanya ungkapan yang menginginkan perdamaian. Tapi selama 6 bulan terakhir ini, kami dihadapi rezim dengan tangan besi karena itu kebiasaan rezim sejak puluah tahun silam, membungkam rakyat dengan kekuatan militer," papar Osama dalam bahasa Arab.
Menurut Osama, dunia internasional, termasuk Indonesia banyak yang tidak paham tentang peran Iran sebenarnya. Iran lebih banyak dicitrakan sebagai negara muslim yang memerintah dengan hukum Islam, tapi fakta di lapangan sebaliknya.
"Kami sayangkan MUI Indonesia ada satu atau dua yang membela ideologi Iran, seolah masih dalam batasan yang bisa ditoleransi. Apakah benar muslim Indonesia tidak tahu menahu kejahatan Iran yang mendukung Bashar?" tanya ulama yang kini menetap sementara di Turki.
Lebih dari sekedar membantu rezim Presiden Bashar, Osama mengatakan, Iran punya agenda besar yang disebutnya ingin menguasai Suriah. Dunia internasional melakukan pembiaran atas manuver Iran menyokong rezim Bashar melawan rakyat Suriah.
"Kami menilai Suriah adalah jajahan Iran secara de facto, karena rezim Bashar sudah tidak memiliki kekuatan. Semua kekuatan militer itu dari Iran, baik perwiranya, militer garda republik. Ada juga bantuan Hizbullah, milisi Irak yang afiliasinya kepada pemerintah Irak," ungkapnya.
Meski dalam pertempuran beberapa bulan terakhir pasukan revolusi atau oposisi berhasil merebut kembali provinsi di Suriah seperti Idlib, dan kota lain mengakibatkan Iran kewalahan karena milisi mereka terbunuh. Namun Iran terus mendukung Bashar.
"Iran secara politik berambisi menjadikan Suriah masuk wilayahnya, menjadikan rezim sebagai kaki tangannya untuk mewujudkan ambisinya di Timur Tengah," ucap Osama.